Aku segera berjalan menuju deretan kelas 3,aku mendengar suara gaduh dari kelas 3D,aku segera menuju kesana,dengan langkah hati hati,sedang jantungku berdetak tak karuan,pintu kelas itu sedikit terbuka,aku masuk perlahan lahan.
,"gelap sekali,apa tadi cuma suara kucing,"bisik hatiku lirih.
tiba tiba pintu menutup keras karena tiupan angin
,"braak!,"
di ikuti ,"byaar!,"
lampu menyala,aku terkejut melihat kak Aditya,Agung,tiga cowok lain dan lima cewek yang merupakan kakak kelasku, aku tak tahu namanya,tangannya terikat di kursi,mulutnya di plester hitam,di pojok ruangan pak Dicky dalam keadaan sama.
aku memandang jendela,tampak di selimuti kabut tipis warna hitam.
keringat dingin mengalir membasahi tubuhku,saat aku berbalik,aku melihat
Ajeng tersenyum sinis padaku.
,"amelia,kamu akan menggenapi jumlah remaja untuk ritual mandi darahku biar badanku terasa segar,kesaktianku bertambah ha..ha..ha!,"
,"baik,siapa dirimu sesungguhnya?,"tanyaku ketakutan sambil memegang leher bajuku karena sekarang aku memakai kalung perak
berliontin bentuk silet
,"baik,amelia!,"teriaknya lalu memejamkan mata.
asap hitam menyelubungi tubuhnya,ketika asap itu menipis,di depanku muncul seorang wanita cantik berkulit cokelat,bertubuh tinggi langsing dengan rambut lurus sepanjang punggung.
,"apa kau rara kinasih,wanita vampir itu?,"
dia tersenyum jahat,tiba tiba angin berhembus kencang,aku mencoba menjaga
keseimbangan agar tidak jatuh,aku sempat melirik wajah wajah ketakutan karena kursinya bergoyang,aku ingat sesuatu,ku tarik kalungku,ku lemparkan ke tubuhnya,tak sengaja sisi silet mengenai lehernya,dia menjerit lalu berubah menjadi kelelawar hitam,terbang ke angkasa dengan memecahkan kaca jendela,menarik
kabut tipis berwarna hitam hingga hilang tak berbekas.
aku menghela napas lega karena kengerian
itu telah berlalu.
suara kursi di seret membuatku sadar kalau ada orang orang yang perlu ku bebaskan.
pertama aku memutuskan tali pak Dicky dengan gunting
yang tersimpan di laci meja guru,baru yang lain.saat kak Aditya,jantungku berdetak kencang,kami tak mengucapkan sepatah katapun,hanya pandangan mata yang berbicara,aku melihat sesal dan cinta di matanya,membuatku terseret rasa tapi semua itu ku tepiskan, aku sudah tidak percaya lagi kak Aditya.
,"jangan jangan,setiap ada wanita cantik,aku di putuskan!,"hardik hatiku
,"amelia,siapa rara kinasih?,"tanya pak Dicky membuatku tersadar dari pusaran rasa hatiku.
,"kalau bapak ingin tahu baca buku tentang tragedi Sindu Kencana di rak mitologi,"ucapku sambil tersenyum.
Aku naik delman menuju stasiun kereta api bersama paman,melewati sekolahku tepat di dekat gerbang,aku melihat kak Aditya dengan sepeda federal,kami saling tersenyum.
Inilah pertemuan terakhirku dengan kak Aditya,karena setelah itu dia ikut kedua orang tuanya transmigrasi ke Sumatera,waktu aku sudah satu bulan di Surabaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar